TUGAS AKHIR
SEMESTER
KALIGESING
“DESTINASI WISATA BARU DI PURWOREJO”
Disusun dalam
Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Geografi Pariwisata
Dosen
Pengampu: Drs. Heru Pramono, SU
Disusun oleh:
Teguh Tri Susilo (12405241003)
Alamat E- Mail: teguhtrisusilo630@gmail.com
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2014
KALIGESING “DESTINASI WISATA
PURWOREJO”
Kaligesing,
merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten purworejo. kecamatan
kaligesing berada di sebelah timur wilayah purworejo dimana kecamatan
kaligesing berbatasan langsung degan Propinsi DIY, lebih tepatnya Kabupaten
Kulon Progo. Selain itu kecamatan kaligesing berada di wilayah pegunungan
menoreh yang memanjang dari selatan ke utara. Kecamatan kaligesing merupakan
salah satu kecamatan yang mempunyai aset wisata yang lengkap, mulai dari wisata
buah, wisata alam seperti goad an air terjun, hingga wisata budaya. Berikut ini
merupakan destinasi wisata yang ada di kaligesing.
1.
Wisata
Alam
Letak
wilayah Kaligesing yang berada di pegunungan menoreh menyebabkan wilayah
kaligesing memiliki topografi yang bergelombang. Hal ini mengakibatkan terdapat
beberapa air terjun, selain itu di beberapa lokasi juga merupakan lahan karst
sehingga terdapat goa.
a.
Air
Terjun
Air terjun atau dalam
bahasa lokal disebut sebagai curug yang ada di wilayah kaligesing yaitu curug
silangit. Salah satu daya tarik Curug Silangit adalah karena Curug tersebut
mempunyai 3 tingkatan curug (terjunan air). Curug pertama atau yang paling atas
sendiri adalah curug yang paling tinggi sekitar 30 meter. Curug kedua sekitar
10 meter atau setinggi pohon kelapa. Dan yang paling bawah juga sekitar 10
meteran. Untuk curug tingkat ke 3 (terbawah) bernama curug siklothok. Setiap
curug dibawahnya terdapat kedung/kolam yang sering dijadikan tempat mandi bagi
para pengunjung. Tiap-tiap kedung itu rata-rata memiliki kedalaman lebih dari 5
meter.
Lokasi curug silangit
ini berjarak 16 km ke arah timur dari pusat kota Purworejo melalui jalur
Purworejo - Kaligesing. Lokasi Curug Silangit ini sangat mudah dijangkau,
karena letaknya tak jauh dari tepi jalan raya Kaligesing. Perjalanan menuju ke
sana bisa ditempuh dengan angkutan umum ataupun kendaraan pribadi. Jika
menggunakan angkutan umum, bisa menggunakan angkutan umum jurusan
Purworejo-Kaligesing yang terminal angkotnya berada di belakang Pasar Baledono,
lalu turun di balai Desa Somongari. Ongkos kendaraan umum sebesar Rp 5000 per
orang.
Sedangkan bagi pengguna
kendaraan roda dua atau roda empat, kendaraan bisa diparkirkan di balai desa
tersebut atau di halaman rumah penduduk sekitar yang memang sering dijadikan
tempat parkir oleh para pengunjung. Selanjutnya dari tempat parkiran ini perjalanan
diteruskan dengan berjalan kaki sejauh 4 km atau sekitar 60 menit dengan
berjalan kaki menuju ke lokasi parkiran curug ini berada. Kondisi jalan setapak
ini satu kilometer berupa batu kali yang ditata rapi, sedangkan sisanya masih
berupa jalan tanah. Tiket masuk Rp 2500 per orang dan biaya parkir Rp 1000
untuk kendaraan roda dua.
a) Curug
silangit b)
Curug Siklithok
b.
Goa
Seplawan
Goa Seplawan
terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing dengan jarak tempuh 20 km ke
arah timur dari pusat kota dengan ketinggian 700 m di atas permukaan laut
sehingga udaranya sangat sejuk. Goa ini memiliki ciri khusus ornamen yang
terdapat di dalam goa, antara lain: stalaktit, stalakmit, flow stone, helekit,
soda straw, gouwer dam, dan dinding-dinding berornamen seperti bentuk kerangka
ikan. Keadaan sekitar goa ini sangat mengesankan dengan pemandangan alam yang
begitu indah ditumbuhi flora antara lain lumut (di mulut goa), paku-pakuan dan
panorama hutan pinus yang asri. Para pengunjung juga dapat menikmati taman
bunga di sekitar goa. Panjang Goa Seplawan + 700 m dengan cabang-cabang goa
sekitar 150 – 300 m dan berdiameter 15 m. Goa alam yang sangat menakjubkan ini
menjadi sangat terkenal dengan diketemukannya arca emas Dewa Syiwa dan Dewi
Pawestri seberat 1,5 kg pada tanggal 28 Agustus 1979 yang kini disimpan di
Museum Nasional Jakarta. Obyek wisata ini merupakan potensi wisata yang sangat
digemari oleh wisatawan karena disamping keindahan obyeknya, goa ini juga telah
dilengkapi beberapa fasilitas penunjang lain seperti listrik sebagai penerang
dalam goa, MCK, dan taman. Bahkan pada kawasan ini sudah dibangun gardu pandang
dan arena perkemahan (camping ground).
Makanya tidak heran
jika pengunjung betah lama-lama tinggal didalam goa tersebut. Bahkan terkadang
ada orang yang sengaja masuk dan tinggal selama beberapa hari di dalam goa
untuk melakukan ritual. Dan hal ini bisa diketahui dari aroma hioswa dan minyak
wangi yang menyeruak dari salah satu ruangan di dalam goa tersebut. Karena
memang ruangan tersebut sepertinya memang kerap kali dipakai untuk menggelar
ritual. Ritual di dalam goa tersebut sebenarnya merupakan rangkaian ritual yang
biasa dilakukan di candi gondoarum yang berada tak jauh dari goa seplawan.
Berikut ini adalah foto-foto di dalam goa
seplawan dan arca emas yang ditemukan di dalamnya.
2.
Wisata
Budaya.
Selain wisata
alam, di kali gesing juga terdapat beberapa wisata yang berkaitan dengan
budaya, baik budaya masa lampau maupun masa sekarang. Wisata budaya yang
terdapat di kaligesing antara lain.
a.
Seni Tari
Dolalak.
Kata dolalak konon
masyarakat Purworejo mengatakan bahwa kata dolalak berasal dari kata do la la
ya itu ucapan notasi lagu diatonis yang dinyanyikan oleh serdadu – serdadu
Belanda dalam tangsi, yang dominan dinyanyikan sambil menari – nari. Ucapan do
la la yaitu dari lagu 1 – 6 – 6, oleh orang – orang Purworejo yang dekat dengan
tangsi ditirukan menjadi dolalak, trmasuk meniru gerakan dan motif busana yang
dipakai serdadu Belanda yang akhirnya menjadi kesenian rakyat Purworejo. Asal
-Usul kesenian sdolalak konn ditemukan oleh 3 santri yang masih bersaudara yang
menirukan gerak yang ditarikan serdadu Belanda. Mereka itu adalah Rejotaruno,
Duliyat,dan Ronodimejo. Kira – kira pada tahun 1925 ketiga santi itu brsama
masyarakat yang pernah menjadi serdadu Belanda membentuk Kesenian dolalak.
Awalnya kesaenian
dolalak tidak diiringi dengan instrumen musik namun cukup dengan vokal yang
dinyankan silih berganti oleh para penari secar bergantian. Perkembangan
selanjutnya masyarakt mulai menyukai kesenian tersebut, dan selanjutnya tarian
dolalak diberi instrumen iringan dengan lagu – lagu tembang jawa dan lagu
solawatan. mwemasuki dasawarsa ke- 5 abad XX kesenian dolalak ditarikan oleh
kaum pria dan terbatas wilayah tertentu.Namun
mnmasuki dasawarsa ke- 7 abad XX pertunjukan dolalak sudah boleh ditarikan oleh
wanita. Dan penyebaranya sudah meluas sampai seluruh wilayah Purworejo. Dimulai
dari desa Kaligoro terus merembes kedaerah Kaligesing dan hampir diseluruh
wiyah kecamatan kaligesing timbul kesenian dolalak. Berangkat dari kecamatan
Keligesing, kesenian dolalak berkembang masuk sampai kota purworejao dan
menjadi tontonan / pertunjukan rakyat kota yang menarik dan sangat digemari keh
penduduk kota Purworejo. Semua lapisan masyarkat se Kabupaten Purworejo menilai
bahwa pertunjukan tarian dolalak merupaka pertunjukan rakyat yang sehat.
Masyarakat dan pemarintah senatiasa berupaya melestarikan, mengwenbangkan,
meningkatkan, dan menyebarluaskan kesenian dolalak sesuai dan selaras dengan
kemajuan jaman.
Kesenian dolalak merupakan sarana
dan media pengumpulan masa, sekaligus sebagai hiburan yang sehat, murah dan
meriah. Iringan instrumen musik adalah beduk, terbang, kendang , kecer,
kentongn, pianika / urgan. tata busana penari memakai kaos kaki dan topi pet
berikut slempang yang sudah dimodifikasi sesuai penari yang dewasa ini sudah
tidk ditarika oleh pria lagi tetapi wanita. Syair lagu menggunakan bahasa
indinesia dan jawa yang romantis. Properti penari biasanya kaca mata hitam dan
digunnakan penari wanita saat trace / kemasukan / mendem. agar penari tampak
cantik dan trendy. pengguanaan sledang awalnya hanya di lilitkan pada pinggang
namun sekarang sudah menggunakan sanmpur cendala giri yang diikatkan di depan
merupakan alat sabet kana / kiri lazimnya orang menari. Faktor pendukung dari
adanya tarian dolalak wanit adalah baik kalangan pejabat, pernagkat, kaya,
miskin, agama, umur, pedagang, petani, remaja, pelajar, mahasiswa, laki – laki,
wanita sangat menyukai tari dolalak tersebut. Sedang faktor pemhhambat dari
masyarakat sanat tipis karena petunjukan kesenian dolalak sangat diminati
penonton bahkan kuat sampai semalan suntuk sama halnya dengan wayang.
Di Kaligesing sendiri terdapat
beberapa kelompok atau paguyuban seni tari dolalak, diantaranya yaitu Budi Santoso di desa Kaliharjo, Sinar Muda di desa Kaligono, dan Mudo Laras di desa Hulosobo.
Gambar
tarian dolalak asli Purworejo
b.
Candi
Gondoarum
Candi ini terletak
tidak jauh dari lokasi Goa Seplawan. Candi Gondoarum sendiri saat ini nyaris
tidak berbentuk lagi, yang tersisa hanyalah bekas-bekas pondasi candi yang
sepintas terlihat mirip batu biasa yang berserakan. Namun yang membedakan
adalah adanya guratan ukiran pada beberapa sisi batu yang bila dirangkai bisa
saling berhubungan. Candi ini di duga lebih tua daripada candi Borobudur. Dan
candi ini disebut Candi Gondoarum karena sewaktu lingga yoni-nya diangkat,
keluar semerbak bau harum. Sehingga sampai saat ini tidak ada orang yang berani
berbuat buruk atau jelek di tempat tersebut.
Letak lingga dan
yoni itu sendiri tepat berada di samping candi, dan sekarang telah dibuatkan
suatu cungkup atau gubug sederhana untuk melindunginya. Sebenarnya pihak museum
berniat mengamankan benda tersebut. Namun sepertinya “penunggu”nya tidak
mengijinkan. Sehingga sampai sekarang batu yang merupakan symbol penyatuan
kehidupan tersebut tetap dibiarkan di tempat semula.
Gambar
Candi Gondoarum
3.
Wisata
Kuliner Buah
Kaligesing juga
terdapat beberapa jenis buah-buahan yang menjadi unggulan daerah tersebut. Buah
unggulan yang ada disana telah dikembangkan dan menjadi daya tarik tersendiri
bagi para pemburu buah. Buah unggulan daerah kaligesing yaitu durian dan
manggis.
a.
Manggis
Buah Manggis adalah
buah yang cukup khas dengan berbagai keunggulan citarasa dan manfaatnya. Di banyak
daerah juga bisa dijumpai buah Manggis terutama di kawasan dengan ketinggian
diatas 450 meter (dpl). Salah satu yang cukup terkenal adalah Manggis asal kota
Purworejo.
Buah ini bisa banyak dijumpai di
kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah yang berakhir pada penyebutan nama
Manggis ini sebagai Manggis Kaligesing. Karakter khusus Manggis Kaligesing,
buahnya berbentuk bulat berwarna merah tua hingga ungu, sifat buahnya kenyal
dengan bobot perbuah rata-rata mencapai 100 - 125 gram. Selain itu, rasa manis
keasaman adalah juga salah satu ciri yang dimiliki Manggis ini.
Sebenarnya Manggis
Kaligesing sudah cukup lama dikenal kalangan penggemar buah eksotis tanah air,
bahkan ada yang menyebutnya sebagai salah satu manggis terbaik di Indonesia dan
sudah berstandar ekspor. Selain kecamatan Kaligesing, ada juga Kecamatan Bayan,
yang juga menguatkan pendapat bahwa manggis Purworejo baik buah maupun bibitnya
paling berkualitas.
Salah satu faktor
yang menyebabkan produk unggulan ini kurang begitu merata dikenal adalah
kurangnya sosialisasi dari pihak terkait menyakut keberadaan buah tropis ini.
"Ya kalau pemerintah menganggap buah ini sebagai salah satu ikon dari
Purworejo mestinya promosi tentang keberadaan buah ini lebih diseriusi,
demikian pula dengan terobosan-terobosan pasarnya," kata Agus Suyanto,
salah seorang petani saat dijumpai di kawasan Kaligesing.
Selama ini,
menurutnya, petani bergerak sendiri-sendiri dengan kemampuan masing-masing yang
sudah pasti terbatas untuk mengembangkan varitas maupun pasarnya. Sehingga,
manggis yang seharusnya sudah bisa dengan leluasa menembus pasar ekspor ini
hanya berkutat di pasar lokal.
Tinggi pohon : 10-15
meter
Lebar tajuk : 3-4
meter
Warna batang :
kecoklatan
Kedudukan daun :
mendatar ujung dan melengkung ke bawah
Warna benang sari :
putih kekuningan
Bentuk buah : bulat
Warna kulit buah :
merah tua sampai dengan ungu
Warna daging buah :
putih
Sifat buah : kenyal
dan mudah dibuka
Bobot buah : 100-125
gram per buah
Jumlah siung/buah :
4-8 siung
Rasa daging buah :
manis keasaman (segar)
Masa panen : antara
bulan Januari sampai dengan Maret
b.
Durian
Selain manggis di
daerah Kaligesing juga terdapat buah unggulan lainnya yaitu Durian. Masyarakat sejumlah
desa penghasil durian di Kecamatan Kaligesing memilih melestarikan buah jenis
lokal. Durian lokal dinilai lebih enak dan diminati pasar dibandingkan jenis
impor.
Kepala Desa Kaligono
Kaligesing Suroto mengatakan, tidak ada warga yang menanam varietas durian
monthong atau sejenisnya yang bukan asli Purworejo. "Tidak ada yang
menanam jenis lain yang bukan asli Kaligesing, kalau mencoba biasanya kurang
berhasil," ucapnya.
Selain itu, kata
Suroto usaha pelestarian varietas dilakukan karena sebagian besar pohon
produktif di wilayah tersebut berusia 'lanjut'. Tanaman berumur lebih dari 70
tahun dan merupakan peninggalan nenek moyang warga setempat. "Meski tua,
namun tanaman amsih poduktif dan mampu menghasilkan hingga ratusan butir durian
sekali musim. Sangat banyak hasilnya, tidak perlu diolah macam-macam, hanya
dipupuk pakai kotoran hewan," ucapnya.
Petani durian di
Jeketro Kaligono Sunaryo menambahkan, saat musim panen bisa mengumpulkan 60
durian perhari. Hasil hutan itu langsung habis dibeli pedagang untuk dijual
lagi di Purworejo dan Yogyakarta. Durian lokal Kaligesing sudah dikenal dan
banyak penggemarnya, rasanya unik ada yang pedas, manis dan pahit.
+ komentar + 2 komentar
trimaksih gan ...sangat membantu.. ternyata purworejo banyak destinasinya , lanjutkan gaaaannnn !!!
👍👍👍
Posting Komentar