keterangan
Featured Post Today
print this page
Latest Post

Interpretasi Citra Beserta Unsur-Unsurnya

Menurut Este dan Simonett, 1975, interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau
citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Di dalam proses interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti penting objek yang tergambar pada citra.


Interpretasi citra memerlukan tiga rangkaian kegiatan, yaitu: 
a.       Deteksi. Deteksi ialah pengamatan atas adanya suatu objek, misalnya pada gambar permukiman terhadap objek yang bukan permukiman. 
b.      Identifikasi, yaitu upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup. Sehubungan dengan contoh tersebut, maka berdasarkan warna dan ronanya, objek yang tampak pada lahan permukiman tersebut disimpulkan sebagai vegetasi. 
c.       Analisis. Pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut dengan cara mengukur, menghitung menemukan jenis objek berdasarkan data hasil deteksi dan identifikasi. Misalnya dengan perbedaan warna, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek tersebut memiliki vegetasi berupa pohon berdaun lebar sebab memiliki warna merah jika dilihat dari citra jenis (Infra Red).
Untuk dapat melakukan intepretasi, penafsiran memerlukan unsurunsur pengenalan pada objek atau gejala yang terekam pada citra. Unsur-unsur pengenalan ini secara indivisual mampu secara kolektif membimbing penafsiran kea rah yang benar. Unsure-unsur ini disebut unsure-unsur interpretasi, dan meliputi 8 hal, yaitu rona/warna, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs, dan asosiasi. 

Rona (tone) mengacu ke kecerahan objek pada citra. Rona biasanya dinyatakan dalam derajat keabuan (grey scale), misalnya hitam/sanga gelap, agak gelap, cerah, sangat cerah/putih. Apabila citra yang digunakan itu berwarna (color), meskipun penyebutannya masih terkombinasi dengan rona, misalnya merah, hijau, biru coklat kekuningan, biru kehijauan aak gelap, dan sebagainya.
Bentuk (shape) sebagai unsur interpretasi mengacu ke bentuk secara umum, konfigurasi, atau garis besar wujud obyek secara indivisual. Bentuk beberapa obyek kadang-kadang begitu berbeda dari yang lain, sehingga obyek tersebut dapat dikenali semata-mata dari bentuknya saja. 

Ukuran (size) obyek dalam foto harus dipertimbangkan dalam konteks skala yang ada. Penyebutan ukuran juga tidak selalu dapat dilakukan untuk semua jenis obyek.

Pola (pattern) terkait dengan susunan keruangan obyek. Pola biasanya terkait juga dengan adanya pegulangan bentuk umum suatu atau sekelompok obyek dalam ruang. Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan pola misalnya adalah teratur, tidak teratur, kurang teratur. Namun kadang-kadang perlu digunakan istilah yang lebih eksprensif misalnya melingkar, memanjang terputus-putus, konsentris, dan sebagainya.

Bayangan (shadows) sangat penting bagi penafsir, karena dapat memberikan dua macam efek yang berlawanan. Pertama, bayangan dapat menegaskan obyek pada citra. Karena outline obyek menjadi lebih tajam/jelas, begitu juga kesan ketinggiannya. Kedua, bayangan justru kurang memberikan pantulan obyek ke sensor, sehingga obyek yang diamati menjadi tidak jelas.

Tekstur (texture) merupakan ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek. Tekstur dapat dihasilkan oleh agregasi/pengelompokan satuan kenampakan yang terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara indivisual, misalnya dedaunan pada pohon dan bayangannya, gerombolan satwa liar digurun , ataupun bebatuan yang terserak diatas permukaan tanah. Kesan tekstur juga bersifat relative, tergantung pada skala dan resolusi citra yang digunakan.

Situs (site) atau letak merupaan penjelasan tentang obyek relative terhadap obyek atau kenampakan lain yang lebih mudah untuk dikenali, dan dipandang dapat dijadikan dasar untuk identifikasi obyek yang dikaji. Obyek dengan rona cerah, berbentuk silinder, ada bayangannya, dan tersusun dalam pola teratur dapat dikenali sebagai kilang minyak, apabila terleta di dekat perairan pantai.

Asosiasi (association) merupakan unsure yang memperhatikan keterkaitan anatar suatu obyek atau fenome dengan obyek atau fenomena lain, yang digunakan sebagai dasar untuk mengenali obyek yang dikaji. Misalnya pada foto udara skala besar dapat diilihat adanya bangunan berukuran lebih besar daripada rumah, mempunyai halaman terbuka, terletak ditepi jalan besar, dan terdapat kenampakan seperti tiang bendera (terlihat dengan adanya bayangan tiang) pada halaman tersebut. Bangunan ini dapar ditafsirkan sebagai bangunan kantor, berdasarkan asosiasi tiang bendera dengan kantor (terutama kantor pemerintahan).

Perlu diperhatikan bahwa dalam mengenali obyek, tidak semua unsure perlu digunakan secara bersama-sama. Ada beberapa jenis fenomena atau obyek yang dapat langsung dikenali hanya berdasarkan satu jenis unsur interpretasi saja. Ada pula yang membutuhkan keseluruhan unsur tersebut. Ada kecenderungan pengenalan obyek penutup/penggunaan lahan pada foto udara skala interpretasi seperti pada diskripsi, dibandingkan pengenalan bentuk lahan atau fisiografi pada citra skala sedang kecil dan pada liputan wilayah yang luas.




Daftar Pustaka


Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis. InformatikaBandung: Bandung.Suryantoro, Agus. 2013. Penginderaan Jauh untuk Geografi.Penerbit Ombak: YogyakartaSoenarno,Sri Hartati. 2009. Penginderaan Jauh danPengenalan Sistem Informasi      Geografis Untuk BidangIlmu Kebumian. Penerbit ITB: Bandung.Sutanto.1994. Penginderaan Jauh Jilid 2.Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 

Keterangan Tepi dan Skala Foto Udara Tegak

Keterangan Tepi Foto Udara


Keterangan tepi foto udara tegak merupakan sumber informasi mengenai perekaman foo udara tersebut dan sangat bermanfaat untuk penyadapan data dari foto dan pemanfaatan foto tersebut untuk berbagai kepentingan (Purwanto, 2002)


Keterangan tepi foto Udara tegak ukuran standar 23x23 cm, meliputi : 
a.       Tanda Fidusial :Tiap foto udara terdapat 4 atau 8 fidusial. Guna tanda fidusial adalah untuk menentukan titik principal foto udara, yaitu dengan menarik gar is dua tanda fidusial yang berhadapan.  
b.      SeriNomer:Nomer seri FUsekurang-kurangnya terdiri dari nomer registrasi, nama daerah yang dipotret,tangga pemotretan, dan nomer jalur terbang/nomer foto. Contoh nomer seri foto: Wonogiri/VII/316/XIV-25/18-1-1991/1:10.000
Wonogiri         : Nama daerah yang dipotret

VII/316           : Nomer Registrasi

XIV                 : Nomer jalur terbang

25                    : Nomer foto dalam jalur terbang

8-1-1991          : Tangga pemotretan

1:10.000          : Skala FU rata-rata
c.       Tanda tepi:Tanda tepi terletak pada salah satu sisi foto, terdiri dari minimal 4 bagian, yaitu: level, jam pemotretan, panjang focus kamera, dan altimeter. 


Skala Foto Udara Tegak 
Skala foto dinyatakan sebagai perbandingan jarak di foto dan jarak yang sesuai diatas tanah/dilapangan (Purwantoro, 2002). Pada peta yang proyeksinya orthogonal, maka skala pada setiap titik adalah seragam, sedang pada satu buah foto yang proyeksinya sentral, mempunyai skala bervariasi tergantung dengan variasi ketinggian medan (terrain). Cara menentukan skala foto udara dapat dengan beberapa cara:
1.      Perbandingan antara panjang focus dan tinggi terbang
 2.      Perbandingan jarak foto terhadap jarak di lapangan 
 3.      Perbandingan jarak pada foto dengan jarak pada peta yang diketahui skalanya.
Skala Pada FU dibedakan atas dua jenis, yaitu:  
a.       Skala rata-rata 
Skala rata-rata adalah skala yang diperhitungkan untuk daerah yang terliput oleh satu foto, atau seluruh daerah yang dipotret. Dalam satu lembar foto udara dengan proyeksi sentral skala bervariasi tergantung dari variasi ketinggian medan. Skala foto rata-rata diperoleh dengan jalan membandingkan panjang focus kamera dengan ketinggian terbang terhadap tinggi rata-rata dari medan. 
b. Skala Lokal
Skala lokal yaitu skala yang diperhitungkan pada tiap titik atau pada tiap daerah sempit yang ketinggiannya sama. Skala ini lebih teliti bila dibandingkan terhadap skala rata-rata.




Daftar Pustaka

Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis. Informatika Bandung: Bandung.
Suryantoro, Agus. 2013. Penginderaan Jauh untuk Geografi. Penerbit Ombak:
Yogyakarta
Soenarno, Sri Hartati. 2009. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi     
Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian. Penerbit ITB: Bandung.
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Katalog Geografi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger