1. Lacak teori migrasi dari para pakar, simpulkan dan carilah perbedaan dan persamaan dari teori-teori tersebut.
2. jika suadara jadi penentu kebijakan langkah-langkah atau strategi yang harus saudara lakukan untuk mengatasi permasalahan penduduk di indonesia.
3. jumlah dan pertambahan penduduk di indonesia masih tetap tinggi, mengapa damikian? faktor-faktor apakah yang mempengaruhi. jelaskan!
4. jelaskan bahwa struktur penduduk indoneisa menurut umur telah bergeser dari struktur muda ke struktur dewasa (jelaskan dengan data)!
5. faktor-faktor apakah yang menyebabkan kegagalan program transmigrasi di indonesia!
6. mengapa kualitas penduduk indoneisa adalah rendah. faktor-faktor apakah yang mempengaruhi. Jelaskan
Jawab
2. jika suadara jadi penentu kebijakan langkah-langkah atau strategi yang harus saudara lakukan untuk mengatasi permasalahan penduduk di indonesia.
3. jumlah dan pertambahan penduduk di indonesia masih tetap tinggi, mengapa damikian? faktor-faktor apakah yang mempengaruhi. jelaskan!
4. jelaskan bahwa struktur penduduk indoneisa menurut umur telah bergeser dari struktur muda ke struktur dewasa (jelaskan dengan data)!
5. faktor-faktor apakah yang menyebabkan kegagalan program transmigrasi di indonesia!
6. mengapa kualitas penduduk indoneisa adalah rendah. faktor-faktor apakah yang mempengaruhi. Jelaskan
Jawab
1.
Teori Migrasi
Migrasi diartikan sebagai
perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat
lain melalui batas politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian dari
suatu negara.
a. Lee
(1966, 5a) yang memberikan rumusan tentang migrasi adalah perubahan
tempat tinggal secara permanen.
b. Perserikatan Bangsa-Bangsa
merumuskan : Migrasi penduduk sebagai suatu perpindahan tempat tinggal dari
suatu unit administrasi ke unit administrasi yang lain (United Nations 1970,1)
c. Menurut Mantra (1985:157); mobilitas
penduduk dapat dibagi menjadi 2 bentuk yaitu mobilitas permanen atau migrasi
dan mobilitas non permanen atau mobilitas sirkuler. Migrasi adalah perpindahan
penduduk dari suatu wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
Sedangkan mobilitas non permanen ialah gerakan penduduk dari suatu tempat ke
tempat lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.
d. Gould dan Prothero (1975, 41) juga
menekankan unsure perpindahan tempat tinggal. Namun menurut mereka, walaupun
seseorang telah secara resmi pindah tempat, tetapi apabila ada niat sebelumnya
untuk kembali ke tempat semula, maka harus dianggap sebagai mobilitas sirkuler,
bukan sebagai migrasi.
e. Elspeth Young mengatakan : beberapa
penulis mengusulkan agar migrasi dianggap bagian dari suatu rangakaian kesatuan
yang meliputi semua jenis perpindahan penduduk, yaitu mulai dari yang nglaju
sampai pindah tempat untuk jangka panjang yang digambarkan sebagai mobilitas
penduduk.
f. Konsep migrasi yang digunakan dalam
sensus 1971 sama dengan sensus1980. Migrasi adalah perpindahan seseorang
melewati batas propinsi menuju ke propinsi lain dalam jangka waktu 6 bulan atau
lebih. Hampir semua migrasi berkaitan dengan ruang dan waktu, mengenai
keterkaitan antara ruang dan waktu ini,
para ahli dihadapkan kepada suatu kesulitan untuk menetapkannya. Sehingga
definisi terhadap migrasi oleh beberapa ahli sering dirasa adanya
kekurang-tepatan.
Persamaan: Persamaan
tentang teori-teori migrasi para pakar adalah mengenai konsep tentang migrasi.
Bahwa migrasi adalah
suatu mobilitas/ perpindahan penduduk dari suatu wilayah administrasi ke wilayah administrasi lainnya.
Perbedaan: Perbedaan dari teori-teori datas
adalah mengenai lama waktu seseorang menetap di wilayah administrasi yang baru
sehingga dapat dikatakan sebagai suatu migrasi atau bukan.
2.
Langkah Menangani Permasalahan Penduduk
a.
Jumlah Penduduk yang besar dan Tingginya angka
Pertumbuhan Penduduk
1)
Melakukan program KB
2)
Pembatasan Tanggungan anak PNS
b.
Persebaran dan Kepadatan Penduduk yang tidak merata
1)
Pemerataan pembangunan
2)
Transmigrasi
3)
Penyuluhan
c.
Kualitas penduduk yang rendah
1)
Program padat karya
2)
Pemerataan pendidikan
3)
Peningkatan layanan kesehatan
3.
Jumlah Penduduk dan Pertambahan penduduk yang tinggi
Jumlah penduduk dan tingkat pertambahan penduduk di Indonesia masih
tetap tinggi. Pertambahan penduduk di Indonesia pada dasarnya dominan terjadi
karena adanya pertambahan penduduk alami, yaitu akibat besarnya angka kelahiran
daripada angka kematian. Pertambahan penduduk di Indonesia dalam sejarah paling
besar terjadi pada tahun 1950 hingga 1980, di mana saat itu terjadi baby
boom.Pertambahan penduduk sangat besar terjadi pada rentang tahun tersebut.
Pertambahan penduduk pada kala itu tidak dapat dihentikan, akan tetapi hanya
bisa dihambat Baby boom inilah diduga sampai saat ini masih memiliki
pengaruh kuat pada kondisi jumlah penduduk di Indonesia. Laju pertambahan
penduduk juga masih berlangsung hingga saat ini namun lebih diperkecil menjadi
1,5 – 2 % saja per tahun. Pertambahan penduduk di Indonesia
yang masih tinggi terlihat pada tahun1961 jumlahnya 149,6 juta jiwa, tahun 2000
sebesar 203,5 juta jiwa, dan pada tahun 2005 sudah menjadi lebih dari 230 juta
jiwa.
Faktor yang mempengaruhi:
a.
Program KB gratis yang sudah tidak berlaku
Pada awalnya
program KB digratiskan, namun untuk sekarang ini program KB dilakukan secara
swadaya, sehingga masyarakat miskin tidak mampu lagi untuk KB sehingga
kelahiran semkin tinggi
b. Pernikahan usia dini
c. Peralatan
dan akses medis yang semakin mudah sehingga angka bayi lahir hidup meningkat.
d. Kurangnya
sosialisasi program KB kepada remaja.
e. Angka
harapan hidup yang semakin tinggi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
penduduk di Indonesia.
4. Tabel Jumlah Penduduk
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Indonesia Tahun 2010
Kelompok
umur
|
Laki
- laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
0-4
|
11662369
|
11016333
|
22678702
|
5-9
|
11974094
|
11279386
|
23253480
|
10-14
|
11662417
|
11008664
|
22671081
|
15-19
|
10614306
|
10266428
|
20880743
|
20-24
|
9887713
|
10003920
|
19891633
|
25-29
|
10631311
|
10679132
|
21310443
|
30-34
|
9949357
|
9881328
|
19830685
|
35-39
|
9337517
|
9167614
|
18505131
|
40-44
|
8322712
|
8202140
|
16524852
|
45-49
|
7032740
|
7008242
|
14040982
|
50-54
|
5865997
|
5
695 324
|
11
561 321
|
60-64
|
2
927 191
|
3
131 570
|
6
058 761
|
65-69
|
2
225 133
|
2
468 898
|
4
694 031
|
70-74
|
1
531 459
|
1
924 872
|
3
456 331
|
75-79
|
842
344
|
1
135 561
|
1
977 905
|
80-84
|
481
462
|
661
708
|
1
143 170
|
85-89
|
182
432
|
255
529
|
437
961
|
90-94
|
63
948
|
106
951
|
170
899
|
95+
|
36
095
|
68 559
|
104
654
|
Jumlah/Total
|
119
630 913
|
118
010 413
|
237
641 326
|
Piramida Penduduk pada tahun
2010
Berdasarkan data tabel jumlah penduduk menurut
kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010 dan diagram piramida penduduk tahun
2010 maka dapat disimpulkan bahwa :
Penduduk
Indonesia di tahun 2010 mempunyai penduduk yang banyak dengan kaum balita
berada pada tingkat/jumlah tertinggi. Terbukti dengan bentuk piramida penduduk
yang berbentuk ekspansif, hal ini disebabkan oleh tingkat kelahiran yang
tinggi. Tingkat kelahiran yang tinggi tersebut merupakan dampak dari kurang
berhasilnya program Keluarga Berencana (KB), sehingga angka kelahiran tidak
dapat ditekan sesuai dengan tujuan utama KB.
Usia penduduk yang paling tinggi didominasi usia 5-9
tahun karena pada tingkat usia ini rentan angka kematian sudah dapat ditekan
karena penduduk pada usia ini sudah mempunyai tingkat daya tahan tubuh yang
lebih baik disbanding penduduk dengan usia 0-4 tahun. Oleh karena itu dengan
kelahiran yang tinggi maka usia penduduk balita menjadi dominan jumlahnya.
Dilihat dari jumlah penduduk pada usia produktif
penduduk Indonesia memiliki jumlah penduduk yang memadai dengan jumlah berkisar
±75% dari total jumlah penduduk. Sehingga hal ini dapat berdampak positif bagi
bangsa Indonesia karena ada potensi untuk melakukan perubahan asalkan
diupayakan secara maksimal. Akan tetapi usia non produktif yang masih lumayan
tinggi menjadi beban tersendiri bagi usia produktif. Oleh karena itu pendidikan
menjadi kunci utama agar keberlangsungan hidup penduduk Indonesia dapat
berjalan dengan baik dan tetap seimbang antara penduduk produktif dan non produktif.
5.
Faktor yang
menyebabkan kegagalan transmigrasi di Indonesia.
a.
Ketidak siapan
pemerintah menjalankan program
Pemerintah
belum sepenuhnya siap untuk menjalankan program transmigrasi. Masih banyak
manajemen transmigrasi yang belum beres.
b.
Daerah tujuan transmigrasi
yang belum disiapkan secara baik.
Banyak
daerah transmigrasi yang secara fisik belum siap, tidak adanya infrastruktur
yang mendukung dan aksesibilitas yang sulit membuat transmigran memilih kembali
ke daerah asal.
c.
Kurangnya
sosialisasi dari pemerintah
Kurangnya
sosialisasi dari pemerintah membuat masyarakat kurang memahami mengenai program
transmigrasi sehingga hanya sedikit yang berminat untuk transmigrasi.
d.
Kelemahan daerah asal
peserta transmigran yang tidak melakukan seleksi secara baik terhadap warga
mereka yang ingin bertransmigrasi ke luar daerah.
e.
Banyak kritik muncul di
mana-mana, mulai masyarakat awam, para akademisi, birokrat, legislatif sampai
para eksekutif yang meragukan manfaat program transmigrasi bagi pembangunan
karakter bangsa.
f.
Transmigrasi dicap
sebagai penyebab kerusakan lingkungan, penyebab meningkatnya ketimpangan
wilayah, penyebab munculnya kantong-kantong kemiskinan, penyebab konflik
antaretnis, juga sebagai penyebab hilangnya budaya lokal. Bahkan yang lebih
mengerikan, isu miring tentang transmigrasi sebagai program implisit
jawanisasi, balinisasi, dan islamisasi, telah memengaruhi kebijakan nasional
tentang transmigrasi. Klimaksnya, pada awal reformasi, transmigrasi dianggap
sebagai penyebab disintegrasi bangsa.
g.
Transmigran pulang
kembali ke kampung halaman mereka masing-masing. Juga fasilitas lahan
pertanian, termasuk rumah tinggal yang diberikan, dijual kepada orang lain.
h.
Kurang terbentuknya
hubungan ekonomi antara tranmigran/permukiman transmigrasi dengan
masyarakat/daerah di luar permukiman transmigrasi. 6. Sedangkan dalam konteks
persatuan dan kesatuan bangsa melalui pembauran etnis, tranmigrasi dipandang
berpotensi memicu kecemburuan social di daerah baru, meskipun di berbagai
lokasi juga ditemui keharmonisan kehidupan antara transmigran dan penduduk
setempat.
i.
Program transmigrasi
hanya mengejar kepentingan ekonomi sesaat dan kurang memperhatikan atau
mempertimbangkan aspek lingkungan sosial, budaya dan kondisi lingkungan hidup
setempat. Disamping itu pembangunan transmigrasi banyak didominasi oleh
pemerintah pusat dengan kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh banyak yang
bersifat sentralistik sehingga mengakibatkan terabaikannya aspirasi dan
kreativitas masyarakat setempat. Implikasi lebih jauh dan kebijakan tersebut
adalah, pembangunan transmigrasi tidak dilaksanakan dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan lokal
6.
Mengapa Kualitas
Penduduk Indonesia Masih Rendah
Karena
faktor-faktor yang menunjang kualitas penduduk Indonesia juga masih rendah,
seperti halnya tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan juga tingkat
kesehatan.
a.
Tingkat Pendapatan
Dengan
pendapatan perkapita yang masih rendah berakibat penduduk tidak mampu memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga sulit mencapai manusia yang sejahtera.
Pendapatan per kapita rendah juga berakibat kemampuan membeli (daya beli)
masyarakat rendah sehingga hasil-hasil industri harus disesuaikan jenis dan
harganya. Bila industri terlalu mahal tidak akan terbeli oleh masyarakat. Hal
ini akan mengakibatkan industri sulit berkembang dan mutu hasil industri sulit
ditingkatkan. Penduduk yang mempunyai pendapatan perkapita rendah juga
mengakibatkan kemampuan menabung menjadi rendah. Bila kemampuan menabung
rendah, pembentukan modal menjadi lambat, sehingga jalannya pembangunan menjadi
tidak lancar.
Rendahnya
pendapatan perkapita dikarenakan tidak tersedianya lapangan kerja, tenaga kerja
yang kurang berkompeten atau kurang memiliki keahlian, banyaknya pengangguran,
dan lain-lain.
b.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator
kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka semakin
tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Secara umum, tingkat
pendidikan penduduk Indonesia masih tergolong relatif rendah. Akan tetapi,
tingkat pendidikan masyarakat tersebut senantiasa diupayakan untuk selalu
ditingkatkan dari tahun ke tahun.
Hal-hal yang memengaruhi rendahnya
tingkat pendidikan di Negara Indonesia, antara lain meliputi hal-hal berikut
ini.
1)
Kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan,
sehingga mereka tidak perlu sekolah terlalu tinggi (khususnya untuk anak
perempuan).
2)
Rendahnya penerimaan pendapatan perkapita, sehingga
orang tua tidak mampu menyekolahkan anaknya lebih lanjut atau bahkan tidak
disekolahkan sama sekali.
3)
Kurang memadainya sarana dan prasarana pendidikan,
khususnya di pedesaan dan daerah-daerah terpencil.
4)
Keterbatasan anggaran dan kemampuan pemerintah dalam
mengusahakan program pendidikan yang terjangkau masyarakat.
5)
Ketidakseimbangan antara jumlah murid dengan sarana
pendidikan yang ada seperti jumlah kelas, guru dan buku-buku pelajaran. Ini
berakibat tidak semua anak usia sekolah tertampung belajar di sekolah.
6)
Masih rendahnya kesadaran penduduk terhadap pentingnya
pendidikan, sehingga banyak orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya.
c.
Tingkat Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan salah
satu indikator kualitas penduduk suatu negara. Dalam hal ini, tingkat kesehatan
dapat diindikasikan dari angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan,
ketercukupan gizi makanan, dan usia harapan hidup.
1)
Angka kematian bayi di Indonesia masih relatif tinggi,
meskipun terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1971, angka kematian
bayi mencapai 218 tiap 1.000 kelahiran, akan tetapi pada tahun 1990, angka
kematian bayi telah menurun menjadi 8 tiap 1.000 kelahiran. Menurunnya angka
kematian bayi ini didukung oleh meningkatnya derajat kesehatan dan gizi ibu.
Kondisi ini juga berpengaruh terhadap angka kematian ibu melahirkan yang
cenderung menurun dari tahun ke tahun.
2)
Tingkat ketercukupan gizi masyarakat juga mulai
meningkat. Saat ini, pemerintah melalui Departemen Kesehatan menetapkan standar
ketercukupan gizi, yaitu 2.400 kalori/hari/kepala keluarga. Artinya, suatu
keluarga dikatakan sejahtera jika mampu memenuhi angka ketercukupan kalori
tersebut.
3)
Angka harapan hidup adalah perkiraan rata-rata umur
yang dapat dicapai penduduk suatu negara. Angka ini di Indonesia cenderung
mengalami peningkatan, dari 45,73 tahun pada tahun 1971 menjadi 65,43 tahun
pada tahun 2000. Akan tetapi, angka tersebut masih tergolong relatif rendah,
karena negaranegara lain dapat mencapai 70 bahkan lebih dari 80 tahun.
Faktor-faktor yang dapat menmpengaruhi rendahnya
tingkat kesehatan di Indonesia adalah:
1)
Lingkungan yang kurang sehat.
2)
Penyakit menular sering berjangkit.
3)
Kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
4)
Kurangnya Fasilitas kesehatan dan tenaga medis
Posting Komentar