Dalam mengkaji peristiwa geografi selalu menggunakan konsep. Menurut Nursid Sumaatmaja, konsep geografi adalah pola abstrak yang berkaitan dengan gejala-gejala nyata tentang geografi. Sementara itu, Ikatan Geografi Indonesia (IGI) merumuskan sepuluh konsep geografi yaitu sebagai berikut: Lokasi, Jarak, Keterjangkauan, Pola, Morfologi , Aglomerasi, Interaksi dan interdependensi, Nilai kegunaan, Diferensiasi area, dan Keterkaiatan keruangan
Hafalan Luar Kepala
( JK dan Mr ApoLo gangGu aDIK )
J = Jarak
K=
Keterjangkauan
Mr= Morfologi
A= Aglomerasi
Po= Pola
Lo= Lokasi
Gu= Nilai
KeGunaan
D=
Diferensiasi area
I= Interaksi
K=
Keterkaitan ruang
1.
Lokasi
Lokasi
adalah posisi suatu objek dalam ruang. Secara pokok, konsep lokasi dibedakan menjadi dua,
sebagai berikut :
a.
Lokasi absolut
Lokasi
absolut merupakan letak atau tempat dilihat dari garis lintang dan garis bujur (
garis astronomis ). Lokasi absolut keadaannya tetap dan tidak dapat berpindah
karena berpedoman pada garis astronomi bumi.
Contoh :
Titik
Lokasi Tugu Yogyakarta terletak pada 7° 46’ 58,4” LS dan 110° 22’ 01,4” BT.
Gambar 8.Citra CNES pada Wikimapia Kota Yogyakarta.
b.
Lokasi relatif
Lokasi relatif sering disebut dengan letak geografis, merupakan posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan
situasi daerah di sekitarnya. Kondisi dan stuasi dapat berupa kondisi fisik,
sosial, budaya, ekonomi, maupun keberadaan sarana transportasi dengan daerah
sekitarnya. Letak relatif dapat berubah sesuai sudut pandang penggunaannya
karena digambarkan melalui obyek –obyek yang diberi nama, mislanya nama benua,
samudra, pulau, laut, dan sebagainya.
Gambar 9. Peta Administrasi Provinsi DIY
Contoh : Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan Kota Yogyakarta, kabupaten
Bantul terletak di sebelah Timur Kabupaten Kulonprogo
2. Jarak
Konsep jarak mengacu pada ruang yang terdapat di
antara dua obyek. Konsep jarak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jarak absolut
dan jarak relatif.
a.
Jarak absolut
Jarak absolut menunjukkan jarak antar wilayah yang diukur
menggunakan satuan panjang.
Gambar 10.Google Map Rute SMA N 1 Sleman dan Polres Sleman
Contoh :jarak antara SMA N 1 Sleman dengan Polres Sleman adalah 1,8 Km
b.
Jarak relatif
Jarak relatif menunjukkan jarak antar wilayah yang
mempertimbangkan rute, waktu dan biaya.
Gambar 11.Google
Map Rute Jogja – Solo Via Mobil
Gambar 12.Google Map Rute Jogja – Solo Via Kereta
Contoh : jarak antara Kota Yogyakarta dengan Kota Solo adalah 62,8 Km,
bila ditempuh menggunakan mobil adalah 2 Jam paling cepat dengan beberapa
pilihan rute perjalanan, bila menggunakan kereta mempunyai waktu tempuh 46
Menit.
3. Keterjangkauan
Konsep
keterjangkauan / aksesibiltas yaitu terkait dengan kemudahan untuk menjangkau
suatu objek. Keterjangkauan tidak hanya tergantung pada jarak tetapi juga
tergantung pada kondisi geografis suatu wilayah dan ada tidaknya sarana
transportasi dan komunikasi.
Contoh : Dari kota Yogyakarta kita mudah menjangkau Kabupaten KulonProgo
daripada Kabupaten Gunungkidul. Dilihat
dari kemudahan rute perjalanan, biaya, ketersediaan prasarana sarana jalan,
pilihan moda transportasi dan topografi walaupun jaraknya sama.
4. Pola
Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, dan persebaran
fenomena dalam ruang muka bumi. Fenomena yang dipelajari adalah fenomena alami
dan fenomena sosial. Fenomena alami seperti aliran sungai, persebaran vegetasi,
jenis tanah, dan curah hujan. Fenomena sosial misalnya, persebaran penduduk,
mata pencaharian, permukiman, dan lain-lain.
Contoh :
-
Pola pemukiman penduduk di pesisir
Bantul memanjang / linier sepanjang garis pantai.
-
Aliran sungai di gunung merapi mempunyai pola radial sentrifugal.
Gambar
13. Peta Aliran Sungai Utama di Wilayah Merapi
5. Morfologi
Morfologi merupakan perwujudan bentuk daratan muka bumi
sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah seperti erosi dan pengendapan
atau sedimentasi. Melihat peristiwa tersebut ada wilayah yang berbentuk pulau,
pegunungan, dataran, lereng, lembah, dan dataran aluvial. Morfologi dataran
adalahperwujudan wilayah yang biasanya digunakan manusia sebagai tempat
bermukim, untuk usaha pertanian, dan perekonomian. Pada umumnya, penduduk terpusat
pada daerah-daerah lembah sungai besar dan tanah datar yang subur. Wilayah
pegunungan dengan lereng terjal sangat jarang digunakan sebagai permukiman.
Contoh :
-
Daerah selatan Kabupaten Gunung Kidul merupakan daerah perbukitan kapur
( karst Pegunungan Sewu).
Gambar 14. Pegunungan Karst Gunung Sewu
6. Aglomerasi
Merupakan
kecenderungan pengelompokan fenomena atau objek suatu wilayah.
Contoh :Kawasan Pecinan Magelang merupakan pemusatan pertokoan peranakan orang
Cina yang ada di Magelang.
Gambar 15. Pecinan Magelang
7. Nilai Kegunaan
Konsep
nilai kegunaan terkait dengan manfaat atau kelebihan yang dimiliki suatu
wilayah. Nilai kegunaan atau sumber – sumber dimuka bumi bersifat relatif,
tidak sama bagi setiap orang atau golongan penduduk.
Contoh :Pantai Parangtritis mempunyai nilai kegunaan sebagai sarana rekreasi
bagi wisatawan, tetapi bagi masyarakat sekitar digunakan untuk menopang sektor ekonomi.
Gambar 16. Pantai Parangtritis Bantul
8. Interaksi dan Interdependensi
Konsep ini
berkaitan dengan hubungan dan kebergantungan timbal balik antar wilayah.
Contoh : hasil pertanian dari kabupaten Bantul didistribusikan ke Kota Yogyakarta. Begitupun
sebaliknya, masyarakat kabupaten Bantul
juga membutuhkan teknologi pertanian
yang dipasok dari kota Yogyakarta.
Gambar 17. Gambar Panen Padi dan Showroom traktor di Yogyakarta.
9. Diferensiasi Area
Wilayah pada hakikatnya adalah suatu perpaduan antara
berbagai unsur, baik unsur lingkungan alam ataupun kehidupan. Hasil perpaduan
ini akan menghasilkan ciri khas bagi suatu wilayah (region).
Contoh :wilayah pedesaan dengan corak khas area persawahan
sangat berbeda dengan wilayah perkotaan yang terdiri atas area pemukiman,
pusat-pusat perdagangan dan terkonsentrasinya berbagai utilitas kehidupan.
Gambar 18. Kondisi pedesaan di lereng Sumbing yang
didominasi oleh persawahan dan gambar gedung-gedung di kawasan tugu Kota
Yogyakarta.
10. Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan adalah
derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain di suatu
tempat atau ruang. Fenomena yang dimaksud adalah fenomena alam dan fenomena
kehidupan sosial.
Contohnya :
·
Keterkaitan kemiringan lereng dengan ketebalan tanah, makin terjal
lereng, tentuny a akan disertai makin tipisnya tanah. Karena pada lereng yang
terjal maka terjadi erosi yang lebih intensif.
·
Daerah hilir mengalami banjir karena rusaknya DAS di hulu.
Gambar 19. Lereng Bukit Yang Miring di Flores.