keterangan
Featured Post Today
print this page
Latest Post

Soal UAS Geografi Perencanaan Pembangunan Wilayah 2015

1. jelaskan fungsi perencanaan.
2. jelaskan bahwa suatu perencanaan dapat dipakai sebagai alat evaluasi suatu hasil pembangunan.
3. jelaskan aplikasi teori potensi penduduk dalam pembangunan suatu wilayah
4. jelaskan aplikasi teori pola persebaran dalam analisa potensi suatu daerah
5. gambarkan suatu hasil analisa teori gravitasi dan interaksi dalam pembangunan suatu daerah

Pendukung Konsep Tri Hita Karana



Untuk mendukung konsep Tri Hita Karana dalam etika meletakkan diri dengan lingkungannya, juga didukung oleh beberapa konsep, antara lain:
a.     Konsep Tri Mandala, adalah konsep penataan lahan dengan pola peruntukan menurut pembagian Tri Mandala, yaitu Utama Mandala, Madya Mandala dan Kanista Mandala (Mega, 2000)
b.     Konsep Tri Angga (kepala, badan dan kaki), adalah merupakan konsep tata nilai yang dijabarkan dari anggota tubuh manusia menuju kepada bangunan, rumah tinggal, lingkungan permukiman tradisional Bali dan alam semesta.
c.      Konsep Manik Ring Cacupu, adalah konsep daya dukung, yaitu konsep keselarasan antara isi dan wadah yang digambarkan keserasian antara bayi dalam kandungan ibunya (Mega, 2000).
d.     Konsep Tat Twan Ast (itu adalah aku), yaitu konsep yang tidak akan merusak alam dan menyakiti makhluk lain, karena sama artinya dengan menyakiti diri sendiri.
e.     Konsep Desa Kala Patra, adalah konsep keluwesan, dimana bentuk luar tidak sama tetapi tujuannya sama, dan cara pengamalannya selalu berubah sesuai dengan desa (tempat), kala (waktu) dan patra (keadaan/situasi/kondisi).
f.       Konsep Rwa Bhineda, adalah dua hal yang berbeda dan selalu harus ada, seperti Hulu-teben, hilir-mudik dll.
g.     Konsep Bhuwana Alit analog dengan Bhuawana Agung, adalah konsep keselarasan antara manusia sebagai bhuwana alit (mikrokosmos) dan permukiman sebagai bhuwana alit dan alam raya ini sebagai bhuwana agung.
h.     Konsep Nyegara Gunung, adalah konsep keseimbangan.
i.       Peringatan Hari Raya dalam kaitannya dengan lingkungan.

Makna Konsep Tri Hita Karana



Makna konsep Tri Hita Karana adalah hubungan yang seimbang serta integral antara manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan sesama manusia, dan antara manusa dengan alam lingkungannya.Jadi konsep Tri Hita Karana secara aplikatif adalah bersifat universal, dalam arti dapat diterapkan oleh semua manusia yang mendambakan keseimbangan dalam kehidupan (Kasayatna, 2000).
Keseimbangan yang dimaksud disini adalah keseimbangan hubungan yaitu:
a.     Setiap manusia seyogyanya mempunyai hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Agama Hindu hubungan ini diwujudkan dengan adanya Parhyangan. Maknanya adalah bahwa dalam kegiatan pembangunan manusia harus memiliki prasarana dimana mereka dapat menghubungka dirinya dengan Tuhan dengan penuh kehidmatan.
b.     Manusia sebagai makhluk sosial sangat memerlukan adanya hubungan antar sesamanya. Dalam pembangunan prinsip kebersamaan dalam segala aspek harus merupakan landasan utama, hubungan ini diwujudkan dengan adanya Pawongan. 
Manusia dalam kehidupannya harus memelihara hubungan yang harmonis dengan
alam lingkungannya, yang memberikan kehidupan, hubungan ini diwujudkan
dengan adanya Palemahan. Hubungan ini sangat sejalan dengan undang-undang
lingkungan hidup

Sumber Konsep Tri Hita Karana



Menurut Kusuma (2000) adapun konsep Tri Hita Karana bersumber dari Veda dan Susastra Hindu, yaitu:
a.     Brahma Sustra: 1.1.2, menyatakan Tuhan adalah dari mana asal semua ini.
b.     Chandogya Uphanisad: VI.2.1, menyatakan Tuhan Masa Esa, tidak ada duanya, dari pada-Nyalah semua makhluk tercipta.
c.      Reg Weda: III.55.1, menyatakan Tuhan  Yang Maha Esa adalah Maha Besar dari segala yang ada.
d.     Bhagawadgita: III.10, menyatakan secara rinci ketiga unsur Tri Hita Karana ini.

Unsur-Unsur Tri Hita Karana

Unsur-Unsur Tri Hita Karana Menurut Kusma (2000) terdiri dari:
1. Tuhan Yang Maha Esa sebagai yang Maha Pencipta
2. Manusia sebagai makhluk hidup tertinggi diantara ciptaan Tuhan
3. Alam (dengan segala isinya) yang mengandung segala sumber daya, alamnya untuk kehidupan semua makhluk.
Sedangkan unsur-unsur Tri Hita Karana menurut Prajaniti Widyasasana Hindu Dharma, 1971 terdiri dari:
1. Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) 
2.   Manusia sebagai makhluk sosial/Sosio Demokrasi (mikrokosmos) 
3. Bhuwana – Tanah Air/Sosio Nasionalisme (alam semesta macrocosmos) 
 



Tri Hita Karana

Tri hita karana berasal dari bahasa Sansekerta: Tri (tiga), hita (semangat atau sejahtera) dan karana ( sebab atau lantaran). Jadi Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kebahagiaan.
Tri Hita Karana, baik sebagai falsafah, sebagai konsep, maupun sebagai ajaran dalam agama Hindu telah banyak dibicarakan baik oleh para ilmuwan, birokrat, anggota dewan, tokoh tokoh adat dan agama, tidak terkecuali istilah ini juga sudah populer di kalangan orang kebanyakan, seolah-olah istilah ini telah mendarah-daging dan membudaya dalam kehidupan masyarakat Bali. 
Tri Hita Karana yang melekat erat dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu  mengajarkan bahwa kebahagiaan akan dapat dicapai dengan terwujudnya tiga keseimbangan, yaitu keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Ajaran tentang kesimbangan hidup tersebut sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, baik untuk menata kehidupan sekarang maupun untuk menata kehidupan yang akan datang. Ajaran keseimbangan hidup menuntun manusia agar memperoleh kehidupan yang aman, damai dan sejahtera. Terkait dengan ketiga bentuk keseimbangan tersebut, Ida Pedanda Gede Made Gunung dalam beberapa kali dharmawacananya menyebutkan bahwa keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan harus diwujudkan dalam bentuk bakti, hubungan manusia dengan manusia diwujudkan dalam bentuk tresna, dan hubungan manusia dengan lingkungannya diwujudkan dalam bentuk asih. 
Tri Hita Karana juga berarti tiga hal (karana) yang menjadikan bahagia (hita). Tiga hal atau unsur tersebut adalah Prajapati (Tuhan Yang Maha Esa), praja (manusia) dan alam lingkungan manusia. Hubungan ketiganya ini dilandasi oleh Yadnya, sehingga menumbuhkan keharmonisan hidup (parhyangan, pawongan, dan palemahan) (Sudjana Dhiyasa, 1998)
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Katalog Geografi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger